Friday, August 2, 2019
Bagaimana mengetahui Tradisi Mitoni di Keraton Yogyakarta yang selama ini digelar
Keraton Yogyakarta mengadakan upacara tingkeban atau mitoni atas tujuh bulan umur kehamilan
putri raja Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu di Pendapa Dalam Kilen, Keraton Yogyakarta.
Upacara mitoni sebagai salah di antara satu dari beragam upacara yang ‘Hajad Dalem’, ialah perayaan atau selamatan yang privat dihelat keluarga pokok Sultan. Sesuai dengan adat, upacara mitoni ini mesti ditunaikan dalam hari Selasa atau Sabtu.
Ditunaikan jam 10.00 – 12.00 WIB, ada 20 bagian upacara mitoni, misalnya miyos dalam, doa, ngabekten, santun, sileman cangkir, ngratum toya, nata lemek lenggah, siraman, muloni, mecah pamor, serta gatos busono kering. Diluar itu, ada pante-pantes, nigas janur, brojolan, boyong cengkir, boyong patarangan, dhahar rogo, andrawina, serta paripurna.
Keseluruhannya, bagian khusus upacara ini yakni sungkem GKR Hayu bersama-sama suaminya, Kanjeng Pangeran Harya Notonegoro, pada raja serta ratu Keraton Yogyakarta. Sebelum siraman, GKR Hayu menenggelamkan kelapa muda jadi adat sileman cengkir bergambar Kamajaya (lambang putra) serta Kamaratih (putri).
Dalam ritual ini, gambar pada kelapa muda yang tampak paling akhir berubah menjadi tandanya type kelamin janin yang dikandung. Ritual berbuntut ke acara siraman memanfaatkan air dari tujuh mata air tidak sama.
Pada bagian paling akhir, GKR Hayu memanfaatkan tujuh kain batik yang mempunyai arti bagus. Tujuh motif batik itu yakni grompol, sido asih, semen rama, sidomukti, sido baik, kasatriyan, serta lurik Lasem.
Dalam upacara pemanfaatan baju ini, Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi, putri sulung Sultan, bertanya pada hadirin sampai enam kali patut tidaknya baju yang digunakan GKR Hayu. Pada kain ke tujuh, hadirin baru menjawab patut.
Dalam infonya pada media, KPH Notonegoro menjelaskan upacara kebiasaan ini dihelat jadi rasa sukur atas kehamilan GKR Hayu yang masuk umur tujuh bulan.
"Mitoni atau tingkeban ini jadi bentuk rasa sukur saya serta istri, sebab memiliki kandungan anak pertama," kata KPH Notonegoro.
Kecuali buat mengatakan rasa sukur, tingkeban dihelat buat melestarikan adat leluhur serta budaya Jawa di lingkungan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Beberapa petinggi di lingkungan Pemda DIY serta beberapa bupati nampak datang, seperti Bupati Gunungkidul Badingah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment