Monday, July 22, 2019

Mandi lumpur di Bali sangat sakral diikuti semua warga



Sehabis rayakan Nyepi, masyarakat Bali miliki etika yang dikatakan Mebug Buugan. Ini merupakan etika mandi lumpur yang unik serta sakral. Seperti apa?
Satu hari sehabis Nyepi, umat Hindu di Bali rayakan Hari Ngembak Geni. Salah satunya etika unik di Desa Kebiasaan Kedonganan, Badung, Bali ialah Mebuug Buugan atau ritual mandi lumpur.
Mandi lumpur ini dibarengi beberapa anak pria atau wanita sampai kakek-kakek, serta kudu menggunakan baju kebiasaan.

Sebelum acara mulai mereka berdoa bersama-sama. Acara ini dibarengi 6 banjar di desa kebiasaan Kedonganan ialah, Kertayasa, Kubualit, Pasek, Ketapang, Penganderan, Anyar Gede.
Sambil turun ke arah ke tempat mebuug buugan, rombongan ini menyanyi dalam bahasa Bali. Datang di tempat semasing mulai melumuri tubuhnya dengan lumpur. Juga ada beberapa anak yang sama-sama melempar bola lumpur.

Di lain bidang ada salah satunya kakek yang tampak asik berendam di lumpur. Anak-anak atau dewasa pun berniat sama-sama mengoles badan sampai rambut temannya dengan lumpur sampai membuat jambul.

Juga ada yang iseng letakkan tanaman bakau ke atas kepala temannya. Semuanya dijalankan dengan riang senang serta penuh tawa walau juga ada yang berteriak-teriak sebab kebanyakan diolesi lumpur.

Satu diantaranya Putu Budiarta alias Tude. Bocah kelas 5 SD itu tampak riang walau kepalanya penuh lumpur serta dikasih ranting pohon.
"Seneng main lumpur, dapat lempar-lemparan sama kawan, " papar fans pemain Bali United, Stefano Lilipaly itu di tempat, Kedonganan, Kabupaten Badung, Bali,
seirama pun diungkapkan Adi Kurniawan (12). Adi suka juga sebab dapat main sembari melestarikan etika.
"Sebab senang dengan etika ini, serta senang lempar-lemparan," ujarnya.

Selesai mandi lumpur banyak masyarakat Desa Kebiasaan Kedonganan itu long march ke arah Pantai Kedonganan. Datang di pantai, rombongan memisahkan diri sama dengan banjarnya semasing. Tua serta muda lalu memainkan permainan tradisionil seperti ular naga, sampai ogoh-ogoh tangan.
Acara pun diramaikan dengan tarian gemulai dari banyak penari Bali. Semasing peserta pun berganti-gantian turut menari (ngibing) menuruti irama gamelan, bahkan juga juga ada wisatawan luar negeri yang ikut serta.

Mendekati waktu 18.00 Wita banyak masyarakat lalu ke arah ke pantai buat melukat atau pembersihan. Selesai melukat, mereka lalu diperciki tirta (air) suci dari mangku serta kembali lagi rumah semasing.

No comments:

Post a Comment