Tuesday, July 23, 2019

Tradisi Pelebon ritual atau acara upacara pemakaman buat bangsawan



Pulau Bali adalah salah satunya tujuan wisata yang telah tersohor di seantero dunia. Juta-an turis mendatangi Bali tiap-tiap tahunnya. Pesohor atau selebriti kelas dunia kerapkali memakan saatnya di Bali.
Tak itu saja, Bali dikunjungi tokoh dunia. Sebutlah Raja Salman dari Saudi Arabia yang liburan cukuplah lama di Pulau berjulukan Pulau Dewata ini.

Apa yang ditawarkan Bali? Yang telah kita amat mengenal merupakan keindahan alamnya. Bali bukan cuma tawarkan keindahan pantai berpasir putih saja seperti Kuta serta Pandawa. Bali tawarkan keindahan alam danau serta pegunungan.
Kebudayaan Bali seperti tari-tarian sampai pokaian wilayah mempunyai ciri-ciri tertentu. Namun dari semuanya itu, ada suatu etika yang kerapkali berubah menjadi daya tarik tertentu untuk turis.

Etika itu merupakan Pelebon. Apa Pelebon ini?
Miungkin pembaca lebih mengetahui arti Ngaben. Ngaben serta Pelebon ini mempunyai keserupaan atau sama namun berlainan. Ngaben serta Pelebon, merupakan etika pemakaman di Bali.

Namun dua ritual atau acara pemakaman ini tidak serupa, dari bagian proses, cost serta penampakan. Bukan sekedar hanya itu, Pelebon ini merupakan ritual atau acara upacara pemakaman buat bangsawan atau raja-raja di Bali.
Pelebon ini, realisasinya dapat beberapa bulan serta cost yang dikeluarkan banyak. Prosesu dari Pelebon ini terdiri dalam dua. Yang pertama Pembaringan jenazah bersama upacara sakral yang lain serta yang ke dua merupakan kremasi jenazah/pelebon di setra (kuburan).

Buat Upacara pembaringan jenazah mendiang dapat ditambahkan dengan banyak barang kegemaran mendiang sepanjang hidupnya. Tiap-tiap hari, keluarga mendiang membawakan sesajian serta sajian berwujud makanandan minuman. Keluarga mendiang memandang kalau mendiang masih “hidup”.
Keluarga lantas dibantu penduduk bergotong -royong menyiapkan bermacam feature upacara pelebon, seperti bade pelebon (menara kremasi) yang beratnya kira-kira 6 ton serta tingginya 26 mtr. dengan tumpang sia (sembilan), lembu yang tingginya dapat capai 7,5 mtr. yang dapat dibakar berbarengan jenazah, bebantenan (sesajian), dan seterusnya.

Pelaksanaan bade ini menyertakan kurang lebih 50-100 orang tiap harinya sepanjang kira-kira 15 hari mulai sejak wafatnya mendiang.
Umumnya, selesai diselenggarakan bermacam upacara skaral antara lain: upacara Nanceb, Nuasen lanNegtegan Karya yang berarti menentukan hari yang baik buat menyiapkan semuanya kepentingan upacara biar semua hal dapat berjalan mulus, tidak ada hambatan baik lewat cara sekala maupunniskala.

Upacara yang lain merupakan Upacara Ngingsirang Layon (menempatkan jenazah) dari ruang tempat beliau dimakamkan di Gedong (sebagai ruang tertutup) ke Bale Gede (bangunan terbuka). Seterusnya diselenggarakan Upacara Mendak ke Pura Dalam Puri lan Pura Dalam Ubud meminta ke hadapan Sang Hyang Widhi yang berstana di Pura Dalam apabila atma (roh) yang wafat masih pula dalam pegangan beliau agar dapat dibebaskan buat dapat diupacarai. Tidak lupa diselenggarakan upacara yang lain seperti Upacara Ngreka.

Acara sesudah itu Kajang (kawitan yang didapatkan dari pedanda dihias dengan bermacam jenis bunga, uang kepeng, serta kwangen berujud manusia dan ditaburkan wangi-wangian serta bunga harum)di Pamerajan Agung (pura besar). Dan Upacara Ngening Ring Beji (ambil air suci) di sungai Campuhan serta UpacaraNyiramin Layon (memandikan layon atau jenazah).

Selanjutnya, bade lan lembu diupacarai/disucikandulu sebelum diusung ke setra (kuburan). Semuanya keluarga dapat berikan penghormatan paling akhir serta berikan doa terhadap mendiang.
Bade serta lembu bersama peralatan upacara yang lain seterusnya diusung bersama-sama ketujuan tempat kremasi. Bahkan juga sebab begitu besar serta mewahnya bade, karena itu selama perjalanan jaringan kabel listrik disterilkan/dimatikan.

Tentu saja ini telah di konfirmasi faksi puri dengan faksi PLN ditempat. Bahkan juga ada beberapa lampu serta penerangan jalan yang rusak tertabrak bade. Pengusungan inidilaksanakan lewat cara estafet oleh kelompok-kelompok serta dapat diganti oleh golongan yang lain. Tiap-tiap golongan terbagi dalam kurang lebih 300 orang. Perubahan pengusung lewat cara estafet ini adalah ikon dari kerja sama serta peran-serta semuanya susunan penduduk yang datang dari bermacam banjar.
Di tiap-tiap pertigaan atau perempatan jalan, bade dapat diputar sekitar 3 kali bermaksud agaratma (roh) mendiang tak kembali pada tempat mula-mula.

Sesampainya di setra (kuburan) jenazah dipindahkan dari bade ke lembu. Sebelum bade, lembu serta feature upacara pelebon yang lain dibakar, diselenggarakan tarian sakral buat menyingkirkan perihal yang tak dikehendaki.Seterusnya lembu bersama jenazah yang berada pada dalamnya, bade, serta feature upacara pelebon yang lain dapat dibakar sampai berubah menjadi abu.
Selesai proses kremasi usai, dilaksanakan upacara Nuduk Galih(menghimpun sisa-sisa tulang buat diupacarai yang selanjutnyadilarung ke laut (Pantai Matahari Muncul) di Sanur. Ritual yang sungguh-sungguh agung serta menyertakan keterlibatan beberapa ribu penduduk serta berubah menjadi kearifan lokal penduduk Hindu Bali yang lestari serta maksud turis

No comments:

Post a Comment