Thursday, July 25, 2019

Tradisi adat menggantung ari ari bayi diyakini memelihara bayi secara magis

Kabupaten Bangli diketahui dengan desa-desa kuno dengan bermacam kebiasaan serta keunikannya. Penduduknya juga diketahui berlandaskan kebudayaan Bali Aga atau Bali Mula, budaya Bali yg udah ada sebelum beberapa orang Jawa keturunan Majapahit ada ke pulau ini.
Desa-desa kuno ini banyak menyebar di Kecamatan Kintamani. Di seputar Kintamani banyak diketemukan peninggalan-peninggalan kuno yg memvisualisasikan kehidupan warga Bali di saat kemarin.




Satu diantaranya desa kuno di wilayah Kintamani ialah Desa Bayung Gede. Desa ini terbagi dalam satu desa dinas, satu desa pakraman, serta satu banjar dinas serta satu banjar pakraman.
Ada di Desa Bayung Gede kedamaian keadaan desa sangat terasa lekat. Desa ini masih menggenggam erat kebudayaan Bali Aga. Diantaranya ialah kebiasaan menggantung ari-ari bayi pada pohon kayu bukak. Kebiasaan ini adalah ketentuan budaya masyarakat Desa Bayung Gede yg masih dipertahankan sampai sekarang.

Menggantung ari-ari bayi baru lahir ini dijalankan dalam sebuah kuburan atau yg lebih diketahui dengan Setra Ari-Ari. Hakikatnya tempat ini adalah ruang spesial buat “menguburkan” ari-ari bayi. Akan tetapi, ari-ari tidak dikubur sama seperti biasa, akan tetapi digantung pada pada ranting pohon bukak.
Ari-ari bayi yg baru lahir dibikin bersih atau disucikan lebih dahulu. Lalu, ari-ari itu dimasukkan dalam suatu batok kelapa yg udah diberi rempah-rempah serta kapur sirih. Batok pula diberi tulisan nama biar tidak berlangsung bentrokan nama.

Sesudah itu digantung pada pohon bukak, ari-ari yg bergantung dibiarkan saja tidak dirawat dengan spesial. Meski terjatuh, ari-ari itu konsisten dibiarkan saja.
Pohon bukak sebagai tempat digantungnya ari-ari itu di yakini oleh masyarakat Desa Bayung Gede mempunyai manfaat menyerap berbau. Oleh sebab itu walau di setra/kuburan ini ada beberapa ari-ari yg digantung serta udah berumur sangatlah lama akan tetapi sekalipun tidak tercium berbau tidak enak.

“Tradisi atau budaya menggantung ari-ari bayi baru lahir ini diwarisi warga desa ini sudah lama,” ujar Komang Artawan, kelian Banjar Pludu Desa Bayung Gede.
Artawan memaparkan hingga sampai sekarang masyarakat desa Bayung Gede yakin kebiasaan ini berhubungan erat dengan mitologi riwayat desa ini. Bahkan juga, teknik mirip ini di yakini bisa membuat perlindungan serta pelihara bayi dengan magis. Sampai-sampai bayi itu tumbuh dewasa bisa bebas dari penyakit serta problem makhluk halus.

Menurut Artawan sama dengan kebiasaan yg berlaku, masyarakat yg tidak melakukan kebiasaan ini dikenai denda berwujud 200 keping uang bolong serta melaksanakan upacara masayut atau pembersihan pekarangan tempat dimana air-ari itu ditanam.
Kebiasaan menggantung ari-ari di Desa Bayung Gede ini mempunyai daya tarik khusus buat beberapa pelancong lokal ataupun asing. Setra ari-ari yg ada di selatan desa serta dikelilingi jalan melingkar yg luasnya seputar 60 are ini kerap disinggahi pengunjung.

“Keunikan kebiasaan menggantung ari-ari ini mempunyai nilai serta daya tarik khusus sampai-sampai menyebabkan rasa ingin tahu buat orang luar. Sebab umumnya orang Bali bakal menanam ari-ari bayi yg baru lahir di pekarangan rumah,” papar Satria Sitangga satu diantaranya pengunjung dari Singaraja, pada Minggu minggu saat lalu.
Buat mendatangi Desa Bayung Gede ini dapat melalui dari arah jalan Payangan-Kintamani atau jalan Bangli-Kintamani. Dari pusat Kota Denpasar desa ini terdapat seputar 55 km. atau 35 km. dari pusat Kota Bangli.

No comments:

Post a Comment