Monday, July 22, 2019

Tradisi adat Bal sudah ada Sejak 1937



Ada satu kebiasaan unik yg berada pada Bali, adalah Kebiasaan Ngerebong Bali. Ngerebong salah satunya kebiasaan yg masih digenggam teguh oleh orang Bali, utamanya oleh orang yg berada pada Desa Kesiman, Denpasar. Tidak itu saja, kebiasaan ini pun berubah menjadi daya tarik lain beberapa pelancong.

Ngerebong sendiri sebagai bahasa Bali yg miliki makna bergabung. Ketika kebiasaan Ngerebong diselenggarakan, diakui bila beberapa dewa tengah bergabung. Kebiasaan Ngerebong akan diselenggarakan tiap-tiap 6 bulan sekali sama dengan penanggalan Bali, adalah tiap-tiap 8 hari selesai Hari Raya Kuningan,

“Ngerebong yakni satu pangilen yg dikerjakan di Pura Agung Petilan untuk membuat keserasian dunia,” kata satu diantaranya tokoh juga sekaligus budayawan Desa Kesiman, I Gede Anom Ranuara

Seterusnya disebutkannya, kebiasaan ini udah dipatenkan semenjak tahun 1937, akan tetapi sudah dikerjakan dengan kemampuan yg lebih kecil di ruang Kerajaan atau Puri Kesiman. Ada sekian banyak serangkaian yg mesti dikerjakan berhubung dengan Ngerebong. Ialah Ngerebek yg dikerjakan pada Umanis Galungan, diteruskan dengan Pamendakan Agung pada Paing Kuningan, serta paling akhir yakni Ngerebong.

Kebiasaan ini libatkan semua Mangku Pepatih sebagai daerah Desa Kesiman mula-mula. Dulu di percayai Puri Kesiman miliki daerah yg sangatlah luas, sampai ke Desa Sanur serta Pemogan. “Jadi, yg tangkil ke Pura Agung Petilan kala implementasi pangerebongan yakni Sesuhunan sebagai warih Puri Kesiman,” ujar Anom Ranuara.

Untuk memulai upacara ini, orang akan sembahyang di Pura Petilan. Setelah itu acara akan kian ramai, lantaran diteruskan karena ada acara beradu ayam di wantilan. Wantilan sebagai bangunan yg mirip bale-bale. Selanjutnya orang mengarak barong sebagai ikon kebaikan untuk orang pennganut Hindu serta diarak ketujuan Pura Pengerebongan. Setelah itu orang pun keluar dari pura serta melingkari tempat beradu ayam atau wantilan barusan sejumlah 3x.

Di momen-momen melingkari wantilan akan ada sejumlah orang yg kerauhan atau kerasukan. Beberapa orang yg kesurupan itu akan menggeram, menangis, berteriak, menari-nari dengan dibarengi oleh musik tradisionil beleganjur. Kecuali lakukan perihal itu, orang—orang yg kesurupan juga bertindak yg berlebihan. Mereka akan menghujamkan keris pada dada, leher, kepala, serta mereka tidak juga terluka.

Orang yg tidak kesurupan mesti menyelamatkan orang lainnya yg tidak kesurupan supaya hindari orang kesurupan melukai mereka. Kebolehan magis roh yg masuk pada badan mereka seakan-akan memberikannya dampak kebal, sampai mereka tidak terluka biarpun keris menggoresi badan mereka. Kerasukan sesuai itu memang akan berlangsung pada ritual Ngerebong ini.

Menurut buku hasil analisa Histori Pura yg dilaksanakan IHD (saat ini Unhi) Denpasar tahun 1979, upacara Pangerebongan termasuk upacara bhuta yadnya atau pacaruan. Sampai, upacara Pangerebongan itu punya tujuan untuk memperingatkan umat Hindu lewat media ritual sakral untuk pelihara keselarasan jalinan antarmanusia dengan Tuhannya, di antara manusia dengan sama-sama umat manusia serta dengan alam lingkungannya.

No comments:

Post a Comment