Thursday, July 18, 2019

Tradisi menyambut kedewasaan di pelosok nusantara



Bukan satu hal yg dibuat-buat bila dijelaskan kalau Indonesia ialah zamrud katulistiwa. Masalah ini dipicu pesona alamnya yg sangatlah indah, pula keragaman suku serta budaya yg terdapat di dalamnya.
Bicara soal budaya, tiap suku di Indonesia punyai adat sendiri-sendiri yg kadangkala mesti gunakan ritual privat dalam mengerjakannya. Satu diantaranya perumpamaannya ialah ritual privat yg dikerjakan sewaktu satu orang telah dirasa dewasa.
Buat menandai periode dewasa itu, ada sejumlah suku di Indonesia yg punyai ritual spesifik serta harus dikerjakan oleh satu orang biarpun kadangkala ritual itu di rasakan berlebihan. Dibawah ini ialah beberapa ritual privat suku-suku di Indonesia yg dikerjakan jadi pemberi tanda periode dewasa.

1.. Fahombo
Disebutkan dengan nama “Lompat Batu,” Fahombo adalah etika yg dikerjakan oleh beberapa orang di Desa Bawomataluo, Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan, Pulau Nias. Fahombo ini cuma dikerjakan oleh banyak lelaki yg telah cukup usia serta pingin dirasa telah dewasa.
Bila seseorang laki laki yg pingin beroleh predikat jadi pria dewasa, jadi ia mesti mengerjakan Fahombo atau melompati batu dengan ketinggian spesifik. Pada masa dulu, etika ini dikerjakan supaya orang yg terkait bisa menjadi prajurit yg bekerja buat menyelamatkan desa atau jadi tentara sewaktu berlangsung perseteruan dengan penduduk dari wilayah lain.
Dipicu waktu ini sudahlah tidak ada perang, jadi Fahombo dipakai jadi pertunjukkan buat menyongsong tamu serta jadi object wisata jagoan dari Pulau Nias.
Tidak cuman di Indonesia, ada sangat banyak tradisi-tradisi yg gak kalah berlebihan dari bermacam negara lain, seperti yg dikerjakan Suku Sutare Mawe di Amazon s/d di Suku Sambia di pedalaman Papua Nugini.

2.. Penamou
Di Suku Naulu yg ada di Petuanan Negeri, Dusun Bonara, Kecamatan Seram Utara, Pulau Seram, punyai etika privat jadi pemberi tanda level kedewasaan satu orang dalam sukunya. Etika yg diberi nama Penamou itu cuma dikerjakan oleh wanita saja, utamanya yg telah ada bulan.

Penamou dikerjakan melalui langkah mengasingkan satu orang yg telah dirasa dewasa di sebuah rumah privat mempunyai ukuran kecil (2 x 2 mtr.) serta tidak diijinkan buat berhubungan dengan dunia kira-kira atau siapapun. Bahkan juga rumah itu terlarang buat laki laki, biarpun sekedar hanya melewatinya saja.

3.. Sorongi’is
Di Nusa Tenggara Timur, pasnya di Kabupaten Nagekeo, ada satu suku bernama Dhawe yg punyai tradisi privat sewaktu satu orang di sukunya telah bergerak dewasa. Ritual yang penting dikerjakan jadi pemberi tanda kedewasaan di Suku Dhawe dikerjakan melalui langkah memangkas gigi atau yg diketahui dengan nama Sorongi’is.

Sorongi’is dikerjakan melalui langkah menanamkan batu asah kecil ke gigi orang yg mengerjakan ritual itu. Sesudah tertancap, batu asah itu digosok-gosok lewat cara berulang-ulang. Biarpun membuat orang yg terkait nyeri, tapi ritual tidak bisa di stop hingga sampai usai. Buat hilangkan nyeri, telah disediakan ramuan privat dari buah pinang yg diyakini bisa kurangi rasa sakit pada gigi itu.

4.. Kerik Gigi
Tidak jauh berbeda dengan Suku Dhawe di Nusa Tenggara Timur, Suku Mentawai di Sumatera Barat pula punyai etika tidak jauh berbeda buat menandai kedewasaan satu orang, utamanya banyak wanita. Di suku ini, satu orang wanita yg dirasa bergerak dewasa mesti ikuti ritual kerik gigi.

Buat yg ikuti ritual ini, jadi dikehendaki bisa membendung rasa sakit yg teramat sangatlah sebab prosedurnya tidak gunakan obat bius benar-benar. Biasanya, untuk bikin gigi jadi runcing, dipakai alat seperti besi, batu atau kayu. Tidak cuman tato pada badan, dengan meruncingkan gigi jadi wanita di Suku Mentawai yakin kalau aura kecantikan mereka makin cemerlang.

No comments:

Post a Comment