Monday, July 29, 2019

Jangan lewatkan Tradisi Makepung perwujudan belajar membajak sawah



Pulau Bali sudah berubah menjadi satu icon wisata Indonesia dengan keindahan alam dan budayanya sanggup mengundang perhatian turis domestik atau luar negeri. Satu diantara wilayah di Indonesia ini miliki beberapa budaya menarik yang mana sanggup memberikannya tampilan tidak serupa ketimbang wilayah yang lain. Satu diantara nama budaya dari Bali yang hingga sampai sekarang masih dilestarikan merupakan Makepung.
Mungkin sejauh ini masih jarang-jarang terdengar, tetapi dari budaya ini merefleksikan rutinitas dan rutinitas istiadat masyarakat Bali yang mendahulukan kerukunan. Bila belum juga pahami berkaitan etika Makepung Bali ini selanjutnya beberapa pembicaraannya supaya lebih jelas dimengerti.

Makepung berubah menjadi satu etika di pulau Bali dimana ada di kota Jembrana. Namun tidak serupa dari etika di Madura, untuk Bali konsisten gunakan kerbau lantaran sapi udah dipandang seperti hewan suci. Makepung miliki makna kejar-kejaran yang mana banyak kerbau bakal berlomba-lomba untuk meningkatkan di situasi area persawahan. Etika ini semula cuma dipakai jadi permainan banyak petani saja, namun dalam kurun waktu sekian tahun terakhir Makepung ini dipakai untuk kesibukan belajar dalam bajak sawah.

Dalam proses balapan itu tiap-tiap kerbau miliki joki seperti pacuan kuda. Saat ini etika Makepung diselenggarakan dengan cara teratur serta berubah menjadi satu kekuatan besar dalam menarik turis. Bukan hanya masyarakat lokal saja, namun dari wisatawan asing memiliki hak ikuti lomba pacuan kerbau itu. Lewat beberapa pergantian, Makepung dapat dijalankan pada pebisnis, karyawan, atapun siapapun yang berkehendak coba tunggangi kerbau di ruangan persawahan.
Umumnya bakal diselenggarakan satu kejuaraan Gubernur Cup untuk memperoleh peserta sejumlah 300 kerbau sampai dari besar hadiahnya begitu menarik. Bukan hanya menghadirkan pacuan kerbau saja, namun dalam proses balapan itu dibarengi oleh pemusik jegog atau gamelan spesial yang dibikin berbahan bambu. Sudah pasti kedatangan dari gamelan itu bakal menaikkan meriahnya perlombaan.

Kemajuan dari etika Markepung ini lumayan menarik dimana pada tahun 1970 awalannya cuma ada satu kerbau saja yang dipertandingkan, namun dari kemajuan waktu didatangkan sepasang lalu berubah menjadi cikar atau gerobak memiliki ukuran besar, serta saat ini lantaran terlampau besar serta sulit diatur jadi ukuran dari gerobak ditukar jadi lebih kecil.
Dari sisi penampakan kerbau mesti dihias semenarik mungkin supaya sanggup mengikat banyak juri, sedang dari ukuran panjang trek atau track berupa “U” dengan panjang 1-2km. Nanti juara lomba ditetapkan bukan cuma dari posisi pertama tuntas menggapai garis finis, dan juga ditetapkan dari ukuran jarak peserta yang kerjakan kompetisi. Seseorang peserta bakal dipandang menang bila udah capai garis finis serta dapat mengawasi jarak dengan peserta yang lain sejauh 10 mtr..

No comments:

Post a Comment