Tuesday, July 23, 2019

Tradisi Tumpek Kandang ritual upacara memuja keagungan Sang Pencipta.


upacara Tumpek Kandang salah satu upacara dalam rencana memuja keagungan Tuhan secara mengerjakan perawatan sebaik-baiknya atas ciptaan-Nya berwujud binatang ternak atau hewan peliharaan.
”Upacara Tumpek Kandang ini dikerjakan Sabtu Kliwon Wuku Uye menurut penghitungan kalender Bali-Jawa. Pada hari itu ada dalam enam bulan sekali. Dijelaskan dalam Lontar Sundarigama kalau Upacara Tumpek Kandang adalah upacara selamatan buat binatang-binatang, baik binatang yang disembelih ataupun binatang peliharaan yang dengan cara dasar buat memuja Tuhan Yang Maha Esa, Siwa yang dimaksud Rare Angon, penggembala makhluk,”beber Agung dengan logat khas-nya.

Seterusnya Agung mengemukakan, upacara Tumpak Kandang ini yakni selamatan atau pernyataan terima kasih atau rasa kasih terhadap semua binatang, terutama binatang ternak atau hewan peliharaan. Untuk warga agraris, binatang terutama Sapi benar-benar menunjang manusia. Tenaganya buat kerja di sawah, susunya buat kesegaran serta kesehatan manusia bahkan juga kotorannya berguna buat menyuburkan tanaman.

Hal tersebut akan juga berlangsung di "Bali Zoo" di Singapadu, Kabupaten Gianyar. Beberapa ratus binatang diperkirakan dapat menekuni upacara Hindu "Tumpek Kandang" itu. " Kami mesti ikuti budaya ini dari tahun ke tahun, serta tentunya kami melakukan teratur,” papar Public Relations Executive Bali Zoo, Emma Kristiana Chandra, di Singapadu, Kabupaten Gianyar, Bali. .

Dengan cara simbolis, beberapa satwa dikeluarkan dari penangkaran buat diupacarai salah satunya gajah, siamang, owa jawa, beruang madu, serta binturong. Ritual yang diselenggarakan tiap-tiap enam bulan sekali itu diselenggarakan di pura ditempat dengan di pimpin oleh pemuka agama Hindu.

Sebelum jalankan ritual, pemuka agama ditempat menghaturkan sesajen jadi lambang penghormatan terhadap dewa penguasa satwa yaitu Sang Hyang Rare Angon jadi perwujudan Dewa Siwa dibarengi doa-doa meminta keselamatan terhadap semuanya satwa. "Perayaan hari suci ini berhubungan dengan ide Tri Hita Karana," ujarnya.

Tri Hita Karana adalah filosofis warga Bali dengan tiga harmonisasi pertalian manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam serta manusia dengan lingkungan.Ritual suci umat Hindu itu juga mengundang perhatian pelancong khususnya pelancong luar negeri yang kala itu tengah bertandang.

Semata-mata kabar, buat bebanten selamatan untuk sapi, kerbau, gajah, kuda, serta yang semacamnya dibuatkan bebanten: tumpeng tetebasan, panyeneng, sesayutdan canang raka. Terkecuali itu, buat selamatan untuk babi serta sejenisnya: Tumpeng-canang raka, penyeneng, ketipat serta belayag. Sesaat buat bebanten sebangsa unggas, misalnya: ayam, itik, burung, angsa serta lain-lainnya.

Direktur Program Doktor Pengetahuan Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Indonesia Negeri Denpasar, Dr I Ketut Sumadi mengemukakan, ritual Tumpek Kandang, persembahkan serangkaian janur (banten) berkombinasi bunga, kue serta buah-buahan privat buat binatang piaraan yang dikehendaki dapat tingkatkan penghasilan keluarga.

Dalam ritual yang diselenggarakan tiap-tiap 210 hari sekali itu umat Hindu memuja Ida Betara Siwa dalam aktualisasi jadi Rare Angon. Katanya, ritual dalam hari itu adalah simbol korban suci buat semua type binatang yang hidup di alam semesta, termasuk juga sebagai piaraan seperti sapi, kerbau, babi, serta ayam.

Kebiasaan Tumpek Kandang, dia meneruskan, diperuntukan buat menyucikan binatang yang dikehendaki dapat memberikannya kesejahteraan untuk umat manusia. Warga Bali mewarisi Tumpak Kandang buat mengawasi kebiasaan pelihara kelestarian alam, keserasian ekosistem dalam wujudkan pertalian yang seirama di antara sama-sama umat manusia, dan di antara manusia dengan lingkungan serta Tuhan Yang Maha Esa (Tri Hita Karana).

Ketut Sumadi memperjelas, dalam kehidupan keseharian, manusia sering konsumsi daging yang bersumber dari hewan serta binatang. "Mengonsumsi daging hewan atau binatang kurang lebih bawa efek pada tingkah-laku, pembawaan serta sifat manusia," papar Ketut Sumadi.

Oleh karena itu, dia meneruskan, pada Hari Tumpek Kandang, umat manusia mestinya bisa menyucikan diri, buat menetralkan kekuatan-kekuatan binatang dalam diri. Ritual Tumpek Kandang yang biasanya dikerjakan di kandang hewan piaraan itu, dia memperjelas, pun adalah bentuk pernyataan rasa terima kasih serta sukur terhadap Tuhan yang sudah membuat flora serta fauna buat kesejahteraan umat manusia.

Menpar Arief Yahya lebih memandang dari segi kebiasaan serta budaya, sebagai kemampuan Bali jadi tempat nomer satu di tanah air. Wisman malahan cari kekhasan serta kelangkaan kebiasaan yang bersanding rapi, di antara yang benar-benar menggenggam teguh rutinitas serta yang benar-benar open minded, terbuka oleh tehnologi kabar, serta terbantu oleh penerapan. “60 % wisman cari objek-objek yang tradisinya masih kuat seperti Bali,” kata Menpar Arief Yahya

No comments:

Post a Comment