Thursday, July 18, 2019

Tradisi mbalang sego




Tokoh warga, Sadisan (84), ceritakan sekitar korelasi di antara punden "Mbah Kobot" di Gunung Panji, dengan etika yg sampai sekarang dikerjakan masyarakat Desa Tondomulo.
Menurut Sadisan, beberapa masyarakat masih berpegang, jika kalau dalam realisasi sedekah bumi tak di ikutsertakan sejumlah kesenian, alam bakal geram. Kemarahan itu sama juga oleh karena ada pelbagai musibah atau tragedi.

Sugesti masyarakat bakal ada perihal yg tak diharapkan kalau sedekah bumi tak dilakukan, lebih condong pada etika, tidak kurang dari itu.
Seterusnya, etika itu sebagai warisan leluhur yg pantas untuk dilestarikan, meskipun di lain bidang ada skema bagian supranatural dalam pengerjaannya. Skema supranatural yg disebut lebih condong pada etika turun temurun, serta udah mengakar sampai generasi saat ini.

"Tiap-tiap tahun, etika ini dibarengi masyarakat dari Dusun Jantok, Tondomulo serta Kedungbulus. Pada pengerjaannya, selamanya tiap-tiap tahun tiap hari 'Rabu pon' serta diselenggarakan di punden 'Sendang Panji' Desa Tondomulo," paparnya.
Masyarakat Desa Tondomulo menjalankan etika manganan atau nyadran yg popular disebutkan 'Balang Sega', serta manganan kebanyakan dikerjakan dengan perkakas yg dimanfaatkan 'Tolok atau Boran' jadi tempat nasi untuk sama-sama melempar makanan.

Perang nasi dapat disebutkan benar-benar unik, lantaran di tempat ini masyarakat sama-sama serang dengan melempar pelbagai makanan.
"Etika itu mulai sejak dulu udah dikerjakan, tetapi mempunyai bentuk berlainan. Bersamaan pergantian zaman, sedikit ada ketaksamaan pada pengerjaannya," tuturnya.

Menurut dia, perihal ini berlangsung lantaran masuknya modernisasi, serta ia memberikan contoh, kalau dahulu kala, seluruhnya jalankan ritual dengan jalan kaki ketempat punden. Tapi saat ini, masyarakat ke arah tempat ada dengan berkendara motor, ada juga yg berjalan kaki dengan cara rombongan.
Demikian pula penerangan, jika dahulu kala, masyarakat memakai obor di sekitar tempat, tapi tak zaman saat ini, peralatan genset, serta lampu listrik berubah menjadi sumber pencahayaan.

Dari kacamata umum, umumnya etika manganan dikerjakan melalui langkah menempatkan sesaji-sesaji, serta umumnya lebih cenderung dalam suatu sendang atau sumber mata air. Etika itu memang "terjemahan" sumber airlah yg sudah mengangkat atau mendukung hasil panen.

No comments:

Post a Comment