Sunday, July 28, 2019
Tolak Bencana Kembali Diadakan Ritual Purba
Ritual purba Karya Padudusan Agung diselenggarakan tiap tiga atau empat dekade buat memunculkan kembali kebolehan pura yg sudah menipis serta bawa kedamaian di Bumi.
Akhir kali Wayan Rendeh mengambil sisi dalam upacara di pura di kampung halamannya, Desa Pula di Bali, manusia belum datang di bulan.
Ritual purba Karya Padudusan Agung, yg terjemahan bebasnya yakni kerja besar, diselenggarakan tiap tiga atau empat dekade buat memunculkan kembali kebolehan pura yg sudah menipis serta bawa kedamaian di Bumi.
Rendeh, 76, berada pada di antara sejumlah ribu jemaat memakai pakaian putih yg bergabung di pura Siwa, dewa kerusakan, buat ritual-ritual pertama mulai sejak 1968 di Bali.
Dalam pura, banyak pendeta memberi sesajen biji-bijian, bunga, buah serta daging buat menentramkan Siwa serta permaisurinya, Durga, disertai dentingan lonceng.
Gadis-gadis kecil berkain putih serta kuning, dengan hiasan kepala dari daun palem serta bunga marigold, menari dalam kompleks pura dengan iringan musik gamelan yg sakral.
Beberapa anak muda pria menyeret seekor banteng buat melingkari pura 3x sebelum hewan itu disembelih jadi lambang pemberian makanan buat roh jahat. Kambing, babi, kura-kura, ikan serta ulat pula dikorbankan.
"Pengorbanan ini adalah lambang ciri-ciri manusia -- serakah, malas, bodoh serta pemarah," kata Mangku Puseh Pula, satu diantara 36 pendeta yg datang buat menyucikan pura.
"Maksud terpentingnya yakni menyamakan alam dengan makro serta dunia miro dalam tiap manusia."
Lebih Besar
Upacara tahun ini lebih modern dibanding yg Rendeh lihat hampir 1/2 masa yang lalu.
"Upacara kala itu tidaklah terlalu besar. Kami lebih miskin," kata Rendeh, penduduk desa yg berisi banyak pemahat kayu di luar Ubud.
Pada 1968, desa Pula terasing dari lokasi yang lain di Bali, tiada jalan serta cuma dikit pengunjung yg ada menyalip letusan Guung Agung beberapa puluh km. jaraknya.
Wayan Lebih, 55, menjelaskan upacara beberapa puluh tahun yang lalu sudah membuat perubahan keberuntungan Pula, yg sudah makmur serta membuahkan banyak lapangan pekerjaan dari penjualan pahatan kayu.
Persiapan Beberapa bulan
Perayaan besar memakai cost hampir Rp 2 milyar yg dihimpun dari warga, dengan semasing keluarga menyisihkan minimal Rp 20.000 tiap minggu saat dua tahun buat meraih biaya yg dikehendaki.
Penduduk desa pula dengan suka-rela kerja saat enam bulan buat tugas-tugas terhitung melapisi patung-patung Barong serta Rangda -- inkarnasi Siwa serta Durga -- dengan juta-an biji yg sudah diwarnai.
Ritual-ritual dalam perayaan itu diinginkan dapat menghindar musibah serta kurangi soal di dunia.
Mangku Ketut Suarjana, satu diantaranya pendeta yg pimpin upacara di pura Pula, menjelaskan tidak bijak buat cuma menginginkan berita baik.
"Cuma dewa-dewa yang bisa menghindar musibah. Kita cuma bisa memohon... namun seterusnya terserah banyak dewa."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment