Sunday, July 28, 2019

Ritual Perang Api sarana pembersihan diri dengan menggunakan api



Semua umat Hindu di Bali sudah mengerjakan Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1941, Tidak cuman pengerupukan atau pengarakan ogoh-ogoh, di tiap-tiap wilayah di Bali punyai kebiasaan yang berlainan sebelum rayakan Nyepi. Seperti yang berada di Kabupaten Klungkung ini.
Pemuda serta pemudi Puri Satria menyelenggarakan ritual lukat gni di Pura Merajan Agung Satria Kawan, Desa Paksebali, Klungkung, . Ritual ini teratur diadakan satu hari sebelum hari raya nyepi. Seperti apa sich kebiasaan unik ini? Yuk, kenal kebiasaan lukat gni di Desa Paksebali.

1. Mereka memukulkan bara api dari daun kelapa kering ke punggung setiap pemuda
Kebiasaan ini ditunaikan oleh 36 pemuda dari Puri Satria Kawan yang dibagi berubah menjadi dua barisan. Sesaat beberapa pemudi turut terlibat dengan bawa 33 obor. Sepanjang kebiasaan ini berjalan, beberapa pemuda dapat bertelanjang dada serta diberi senjata berbentuk daun kelapa yang telah kering.
Semua diikat demikian rupa serta dibakar memanfaatkan api dari obor yang dibawa beberapa pemudi. Dibarengi dengan gamelan baleganjur, dua pemuda lalu sama sama berhadap-hadapan. Mereka sama sama memukul memanfaatkan bara api dari dedaunan kelapa yang dibakar itu. Seruan beberapa pemuda dengan iringan tabuh baleganjur, bikin keadaannya makin meriah.
"Kebiasaan ini diadakan teratur satu tahun sekali, yang pasti waktu tawur kesanga," tutur Kelihan Pesamuan Puri Satria Kawan, AA Gde Agung Rimawan.

2. Banyaknya daun kelapa kering yang diikat melambangkan arah mqta angin
Rimawan memaparkan, ritual ini ditunaikan jadi bentuk melukat (Pembersihan) dengan media gni (Api). Fasilitas yang diperlukan terdiri dalam daun kelapa kering yang diikat sekitar 36 lembar sejumlah sembilan.
Banyaknya sembilan ini melambangkan pelosok arah mata angin atau Dewata Nawa Sanga jadi pelindung atau benteng keselamatan. Terkecuali itu ada obor sekitar 33 buah jadi simbol kemampuan yang terdiri sesuai dengan arah mata angin serta warna.
"Arti dari ritual ini, punyai arti pemberihan bhuana agung (Alam semesta) serta bhuana alit (Diri manusia). Sampai-sampai ada kedamaian serta keselarasan sebelum kita mengerjakan hari raya nyepi," tutur Rimawan.

3. Meskipun sama sama serang gunakan bqra api, mereka tidak ada dendam
Meskipun beberapa pemuda ini sama sama serang dengan bara api, akan tetapi sesuai dengan ritual tidak ada benar-benar rasa dendam pada kedua-duanya. Malah rasa kekeluargaan makin berasa selesai ritual. Mereka sama sama berangkulan serta bercanda.
"Tidak ada rasa panas waktu dipukul dengan bara api, serta semua semangat. Kebiasaan ini pula bikin rasa solidaritas serta kekeluargaan kami makin erat," tutur seseorang pemuda Puri Satria Kawan, Agung Aris.

No comments:

Post a Comment