Wednesday, July 31, 2019

Rangkaian Prosesi Pernikahan Adat Bali




Tidak hanya pesona keindahan alam yg eloknya mendunia, Bali di kenal juga dengan budaya serta rutinitas yg masih kuat digenggam. Satu diantaranya yg gak dapat terabaikan merupakan rutinitas rutinitas saat acara pernikahan. Pernikahan jadi moment penting di Bali sebab pasangan yg telah menikah mendapatkan status berubah menjadi masyarakat penuh dalam warga. Mereka semakin lebih dikedepankan serta beroleh hak dan keharusan jadi masyarakat kerabat dalam kelompoknya.

Untuk lebih kenal bagaimana serangkaian acara pernikahan rutinitas Bali sekaligus juga arti yg terbersit di dalamnya, yuk baca keterangan dari artikel di bawah ini!

1. Tentukan hari baik dimanfaatkan untuk menyetujui hari baik dimana mempelai wanita dijemput serta dibawa ke rumah mempelai pria
Sehabis melaksanakan proses mamadik atau ngindih (lamaran), ke-2 keluarga tentukan hari baik untuk pernikahan. Masyarakat Bali diketahui religius serta mengakui hari baik untuk pernikahan hingga tentukan hari baik merupakan awal acara pernikahan yg penting.
Hari baik yg sudah di sepakati oleh ke-2 faksi itu dimanfaatkan untuk acara pernikahan dimana calon mempelai pria menjemput serta bawa calon mempelai wanita ke tempat tinggalnya.

2. Ngekeb merupakan ritual siraman yg mempunyai tujuan untuk menyongsong pernikahan, maknanya ke-2 mempelai harapannya bersih dengan cara lahir batin
Satu diantaranya yg mencirikan siraman pada rutinitas Bali merupakan calon mempelai wanita diluluri ramuan dari paduan daun merak, kunyit, bunga kenanga, serta beras yg sudah ditumbuk, dan air merang untuk keramas. Siraman ini berubah menjadi awal baik untuk menyongsong hari pernikahan sekaligus juga untuk bersihkan diri dengan cara lahir serta batin.
Pada ritual ngekeb, calon mempelai wanita dilarang untuk keluar dari kamar mulai sore hari sampai keluarga calon pria ada menjemput.

3. Penjemputan calon mempelai wanita dengan kain kuning tipis bermakna jika wanita sudah siap mengubur masa lampau untuk mengawali hidup baru
Pernikahan rutinitas Bali dijalankan di tempat tinggal faksi lelaki hingga calon mempelai wantia mesti dijemput terlebih dahulu. Penjemputan mempelai wanita dijalankan dengan pakai kain kuning tipis yg dimanfaatkan dari ujung rambut hingga kaki.
Ikon dari kain kuning merupakan mempelai wanita sudah siap mengubur masa lampau jadi lajang untuk mengawali kehidupan rumah tangga baru.

4. Munggah lawang (membuka pintu) merupakan waktu dimana calon mempelai wanita mengetuk pintu calon mempelai pria untuk kesepakatan menikah
Ritual munggah lawang atau membuka pintu merupakan waktu dimana calon mempelai wanita mengetuk pintu calon mempelai pria. Acara ini disertai dengan syair serta tembang yg dinyanyikan oleh utusan ke-2 mempelai.
Apabila mempelai pria sudah membuka pintu bermakna tanda-tanda jika faksi pria sudah setuju. Sehabis mendapatkan izin, calon mempelai wanita digendong ke arah tandu untuk selekasnya dibawa di tempat tinggal keluarga pria.

5. Masegehagung dijalankan untuk menyongsong mempelai wanita, kain kuning bakal dibuka oleh ibu calon mempelai pria serta diganti dengan uang
Penyambutan mempelai wanita di tempat tinggal keluarga pria diawali dengan ritual masegahagung. Pada acara ini, ibu dari mempelai pria buka kain kuning yg dimanfaatkan mempelai wanita serta menukarnya dengan kepeng satakan (nama uang pada kala lampau) sejumlah dua ratus kepeng. Masegehagung berubah menjadi sinyal diterimanya mempelai wanita dalam keluarga mempelai pria.

6. Mekala-kalaan merupakan awal dari acara putuskan benang yg bermakna ke-2 mempelai sudah siap mengawali hidup berkeluarga
Mekala-kalaan atau madengen-dengen merupakan serangkaian acara rutinitas Bali yg terbagi dalam menyentuhkan kaki pada saat sepetan, jual beli, serta menyerang tikeh dadakan, dan putuskan benang. Pertama ke-2 mempelai melaksanakan upacara menyentuhkan kaki pada saat sepetan yg mempunyai tujuan untuk menyucikan serta bersihkan diri. Ritual ini diawali dengan mempelai wanita bawa bakul perdagangan, serta mempelai pria menanggung tegen-tegenan, kedua-duanya berputar-putar sejumlah 3 kali melingkari pesaksi, kemulan, serta penegteg. Sesudah itu baru menyentuhakn kaki pada saat sepetan.

Selanjutnya diteruskan dengan acara jual beli oleh ke-2 mempelai, pekerjaan ini merupakan ikon dari kehidupan berumah tangga yang penting sama-sama lengkapi, memberikan serta isi, sampai mendapatkan arah yg ingin diraih. Usai jual beli, mempelai wanita sudah siap menggenggam anyaman tikar yg terbuat dari pandan muda (tikeh dadakan), sedang calon mempelai pria mempersiapkan keris. Menurut keyakinan Hindu, tikeh dadakan menggambarkan kemampuan Sang Hyang Prakerti (kemampuan yoni), sedang keris pria melambangkan kemampuan Sang Hyang Purusa (kemampuan lingga).

Acara putuskan benang diawali dengan ke-2 mempelai yg berbarengan menanam kunyit, talas, serta andong di belakang merajan (tempat sembahyang keluarga). Ritual ini jadi bentuk melanggengkan keturunan keluarga. Setelah itu putuskan benang yg terentang pada cabang dadap (papegatan) yg bermakna ke-2 mempelai siap mengawali hidup berkeluarga.

7. Ritual setelah itu natab banten beduur, pertemuan keluarga di pura yg memohon doa leluhur untuk menambahkan keturunan
Acara setelah itu pertemuaan ke-2 keluarga di pura pada tempat tinggal mempelai pria yg di pimpin oleh pemangku tolak serta banyak pinisepuh. Upacara ini mempunyai tujuan untuk memohon doa pada leluhur untuk menyongsong keluarga baru serta mendapat keturunan.

8. Paling akhir merupakan upacara mejauman (ma pejati), ritual ini diperuntukkan untuk menghargai leluhur keluarga serta meminta pamit
Upacara majauman merupakan sinyal jika wanita telah menikah serta ikuti suami. Ritual ini diperuntukkan untuk menghargai leluhur keluarga sekaligus juga pamitan pada leluhur mempelai wanita. Kehadiran mempelai wanita disertai dengan bawa pelbagai panganan tradisionil berwarna putih serta merah, kue bantal, apam, sumping, kuskus, wajik, gula, kopi, buah-buahan, lauk-pauk, dsb.

No comments:

Post a Comment