Wednesday, July 31, 2019
Siat Api untuk menetralisir kekuatan negatif
Saat dilaksankannya upacara Usaba Dodol pada sasih Kesanga waktu depan, Desa Pakraman Duda, Selat, Karangasem seiring dengan Waraspati Tilem Sasih Kaulu melaksaankan satu etika kuno yang dimaksud “Siat Api”.
Etika Siat Api terjadi di pinggiran Desa Duda Timur dengan Desa Duda, yang pasti di atas Jembatan Tukad Sang-Sang. Kondisi jadi kian sakral, sebab etika terjadi pada waktu “sandikala” atau perubahan dari siang jadi malam.
Dimaksud Siat Api atau perang api, sebab memang etika ini mirip perang. Namun yang jadikan jadi senjata adalah “prakpak” yang terbuat dari daun kelapa tua diikat serta dibakar. Prakpak berikut ini jadikan jadi senjata oleh beberapa lelaki perwakilan dari ke-2 desa itu, yang menuruti etika perang api secara dipukulkan ke badan faksi musuh.
Etika ini jadi sangat perlu, kecuali untuk melestarikan warisan leluhur pun diakui sebagi langkah untuk menetralkan kebolehan negatif yang berada di lingkungan desa. Harapannya supaya terlepas dari beberapa hal yang tak diharapkan. Terkecuali itu, Siat Api pun dimaknai jadi ujian untuk mengontrol emosi yang ada dalam jiwa manusia.
Menurut Bendesa Etika Duda, I Komang Sujana, etika Siat Api”dengan beragam ritualnya dimaknai jadi pembersihan alam semesta. Baik itu “sekala” ataupun “niskala”, dan untuk kembalikan bagian alam.
“Jadi dengan dilaksanakannya ritual serta etika ini, sebelum Usaba Dodol kita telah bersih lewat cara sekala serta niskala,” papar Sujana dibarengi Perbekel Desa Duda Timur I Gede Pawana selesai etika Siat Api terjadi.
Etika Siat Api di Desa Pakraman Duda memang telah ada sejak mulai jaman dulu, tetapi sudah sempat berhenti karena erupsi Gunung Agung pada tahun 1963. Selanjutnya untuk kali pertama pada tahun 2017 lalu, etika ini kembali dikerjakan. Seterusnya pada tahun 2018 adalah yang ke-2 kali etika ini dikerjakan kembali.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment