Monday, July 22, 2019
Tradisi Perang Lumpur di Bali
Pulau Bali memang gak sudah pernah habis dalam soal rutinitas serta budaya. Hampir saban hari ada-ada saja pertunjukan seni serta budaya yg mereka tunjukkan. Seusai Nyepi terjadi, banyak rutinitas yg dilakukan oleh penduduk. Ada Omed-omedan di Sesetan, ada Med-medan di Tuban, Kuta, ada juga Mebuug-buugan.
Rutinitas Mebuug-buugan sebagai rutinitas yg digerakkan oleh penduduk Kedonganan, Jimbaran. Rutinitas ini terjadi satu hari seusai Nyepi atau waktu Ngembak Geni. mebuug-buugan datang dari kata buug yg punya arti lumpur. kata itu memiliki arti bersentuhan dengan tanah atau lumpur.
Koordinator acara, I Gede Sudiana menerangkan, rutinitas mebuug-buugan diambil dari kata buug yg bermakna tanah atau lumpur. "Maknanya bersihkan diri di tahun baru ala Hindu," kata Sudiana di Kedonganan, Jimbaran, Bali,
Berhenti Saat 60 Tahun
Selesai mengotori diri di pantai sisi timur, beberapa ratus peserta Mebuug-buugan setelah itu berjalan ke arah pantai di sisi barat buat bersihkan diri. Menurutnya, rutinitas Mebuug-buugan udah berlangsugn semenjak seratus tahun yang kemarin hidup.
Tetapi, rutinitas ini sudah sempat berhenti saat 60 tahun. Baru pada tahun 2015 rutinitas ini dihidupkan kembali seusai lewat proses rekonstruksi.
Menurut Gede, Semenjak dihidupkan , rutinitas ini cuma disertai oleh laki laki. Tapi, Terakhir kaum hawa mulai turut turut serta dalam rutinitas mebuug-buugan itu.
"Dalam rutinitas ini lelaki semua bertelanjang dada. Sesaat wanita konsisten memanfaatkan baju. Di rimba mangrove mereka akan berperang lumpur atau melumuri diri dengan lumpur," tuturnya.
Gede menerangkan, lumpur itu dimanfaatkan oleh beberapa orang mula-mula buat bersihkan rambut. "Ya, semenjak seratus tahun yang kemarin beberapa orang memanfaatkan lumpur buat berkeramas sebelum shampoo diketemukan. Tahun yang kemarin udah di teliti kandungan lumpur ini oleh pakar dari Kampus Udayana," katanya.
Menarik Ketertarikan Pelancong Asing
Selain itu, rutinitas Mebuug-buugan benar-benar menarik ketertarikan pelancong buat ada saksikan langsung rutinitas mebuug-buugan. Kelihatan Beberapa puluh pelancong asing yg ikhlas bermandi lumpur cuma untk saksikan pertunjukan yg diselenggarakan di rimba mangrove Kedongan itu.
Bahkan juga, ada seorang pelancong bernama Marry asal Perancis ikut serta berubah menjadi sisi peserta mebuug-buugan. Mahasiswa baru Kampus Udayana ini tahu rutinitas Mebuug-buugan dari mitranya yg kebetulan datang dari Desa Kedonganan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment