Sunday, July 21, 2019

Tradisi adat Bali yang turun temurun hingga sekarang



Tidak cuman menaruh keindahan alam yang memesona, adat Bali yang diwariskan turun-temurun berubah menjadi daya tarik khusus buat pelancong. Banyak pelancong bertandang ke Bali buat menyaksikan serta terjebak langsung dalam tradisi-tradisinya.

Jika kamu bertandang ke Bali, kamu akan rasakan nuansa kebudayaannya yang masih kental. Kesakralan upacara tradisi serta keagamaan masih dapat kamu dapatkan disana. Jadi anak muda Indonesia semestinya kamu bangga sebab nyata-nyatanya Indonesia menaruh banyak kekhasan.  di bawah ini lima adat turun-temurun penduduk Bali yang masih ada hingga sampai saat ini

1. Ngayah, gotong-royong warga Bali
Adat ini masih kerap dilaksanakan warga Bali tidak ada hari pribadi, punya arti dapat dilaksanakan tiap-tiap hari atau tiap-tiap kali ada acara yang dilaksanakan warga ditempat. Gotong-royong ini berubah menjadi sisi dari kehidupan mereka sebab berfungsi buat terus mempertahankan semangat share serta kebaikan antarsesama.

2. Mesyusak, penghormatan buat leluhur
Pada Hari Raya Kuningan, atau sepuluh hari sesudah Hari Raya Galungan, di Kecamatan Tabanan, diselenggarakan adat Mesyusak, yang punya arti bersorak atau berteriak. Penduduk ditempat akan lemparkan uang ke udara, lali berebutan buat ambil. Nominalnya bergantung pada keadaan ekonomi semasing. Adat ini sebagai penghormatan buat leluhur yang hadir pada Hari Raya Galungan. Pelancong yang pengen menyaksikan adat ini dapat hadir sebelum Hari Raya Kuningan.

3. Hari Raya Nyepi, waktunya merenungi semua kekeliruan
Saat 1 hari, umat Hindu di Bali tidak diperbolehkan berpergian, cari hiburan atau tamasya, serta mesti kerjakan permenungan serta melaksanakan ibadah dalam rumah. Manfaatnya buat merenungi semua kekeliruan yang udah dilaksanakan, serta jadi fasilitas pendekatan diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sampai-sampai pemikiran serta hati kembali jernih buat merenungi kesalahan-kesalahan yang udah dibuat.

4. Nyakang Diwang, memasak bersama dengan di luar rumah
Adat ini ditunaikan sesudah perayaan Hari Raya Nyepi. Tiap-tiap penduduk Desa Pakraman Banjar di Kabupaten Buleleng akan memasak bersama dengan di luar rumah. Adat ini punya tujuan buat menyucikan lingkungan serta dapur, buat merajut keakraban antarwarga.

5. Pawai Onggoh-Onggoh, Raksasa Pengusir Keburukan
Berkeliling-keliling sembari bawa raksasa besar wajahnya seram ini dilaksanakan malam hari sebelum perayaan Hari Raya Nyepi. Raksasa besar menyeramkan atau yang biasa dimaksud Onggoh-Onggoh ini diakui bisa melenyapkan dampak tidak baik buat warga Bali.
Penduduk Bali mengangkat tinggi adat turun-temurun yang ada buat mengontrol warisan banyak leluhur. Terdapatnya adat unik ini berubah menjadi salah satunya daya tarik biar pelancong juga dapat menyaksikan langsung kekhasan yang lestari di Pulau Dewata Bali.

No comments:

Post a Comment