Monday, July 15, 2019
Ritual tradisi indonesia yang sangat mistis
Indonesia punyai beraneka suku bangsa. Menurut sensus BPS tahun 2010, tersingkap jika Indonesia terdiri dalam 300 group etnik atau lebih pasnya 1.340 suku bangsa. Meskipun banyaknya ini amatlah banyak, namun kamu sudah tentu tidak terkejut dengan perihal ini.
Dari demikian suku bangsa di Indonesia, nyata-nyatanya ada banyak suku yg lakukan ritual tradisi yg cukup mengerikan bila ketimbang dengan kehidupan di waktu kini. Dibawah ini ritual mengerikan yg sukses saya telisik.
Etika Ngayau, pemburuan kepala manusia dari tradisi Suku Dayak
Suku Dayak sempat berubah menjadi suku yg cukup diketahui di luar negeri. Satu buku karya Carl Bock, berjudul The Head Hunters of Borneo yg diedarkan di Inggris pada tahun 1882 memberikan pengetahuan buat penduduk dunia terkait Suku Dayak yg nyata-nyatanya jadi menumbuhkan citra tidak baik Suku Dayak jadi ‘orang-orang pemburu kepala’.
Awal pengerjaan buku itu memang mendapat inspirasi dari data lapangan pada waktu itu. Miller satu diantara penjajah Indoneseia juga sempat menulis dalam Black Borneo terkait perihal ini. Ritual pemenggalan kepala ini dikerjakan diam-diam serta berhati-hati, mungkin kepala lawan atau kelapa anggota Suku Dayak tersebut. Khasiatnya? Em.. Menurut keyakinan Suku Dayak, kepala manusia bila udah diramui dapat berubah menjadi kemampuan yg sangatlah hebat, dimulai dengan turunkan hujan, sampai lolos dari penyakit. Amazing sich, namun menurut saya ini ngeri sekali.
, tidak semua Suku Dayak lakukan etika ini lho. Cuma Dayak Kenyah, Iban serta Ngaju.
Namun, lantaran menggelisahkan, pada waktu Belanda menjajah Indonesia atau seputar tahun 1872, ritual ini setuju di stop dalam satu Kesepakatan Roboh Anoi.
Etika memangkas jari dari Suku Dani di pegunungan tengah Papua
Suku Dani sebagai suku di sisi timur Indonesia yg punyai etika cukup mengerikan. Tiap ada bagian keluarga yg wafat, suku ini memangkas jari mereka untuk memperlihatkan rasa duka serta jadi usaha untuk menghambat tragedi tidak berlangsung kembali dalam keluarga yg berduka.
Dalam Suku Dani, jari punyai makna yg cukup buat merinding, buat mereka jari tangan sebagai lambang dari kerukunan, kemampuan, serta kesatuan manusia dalam berkeluarga. Untuk itu, jari berubah menjadi anggota badan yg sesuai sama untuk mendeskripsikan kehilangan dalam kesatuan keluarga. Perlengkapan untuk memangkas jari umumnya memanfaatkan kapak atau parang, juga ada yg menggigit ruas jari sampai putus.
Sekarang, Suku Dani udah mulai tinggalkan etika ini lantaran masyarakatnya udah mulai mengetahui Tuhan serta agama. Sekarang tinggal sejumlah lelaki serta wanita tua yg jarinya terpotong lantaran lakukan etika ini di waktu dulu.
Etika mayat berjalan dari Tana Toraja
Rasa-rasanya, saya kebanyakan mengusik etika dari Tana Toraja. Soal ini bukanlah tidak dengan fakta sich, namun etika ini memang cukup populer di pelosok dunia.
Buat kamu yg belum mengetahui etika mayat berjalan ini, kamu layak membaca ini sampai tuntas. Ritual ini dinamakan ritual Ma’nene yg masih dihelat oleh penduduk Baruppu di Toraja.
Ritual ini dikerjakan tiap tahun sekali pada bulan Agustus. Etika ini populer jadi etika merias mayat leluhur yg diawetkan serta dipajang di muka khalayak umum.
Kecuali ritual ini, di Tana Toraja pun ada etika menyimpan mayat di Goa Londa yg dikerjakan jauh sebelum agama Islam serta Kristen masuk kesana.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment