Monday, July 15, 2019
Tari Lummense, Ritual Membersihkan Hati
Enam orang penari yang semua wanita keluar panggung, tiga dari kiri serta tiga dari kanan. Sesaat musik memperdengarkan nada monoton yang keluar dari gong, sayup-sayup terdengar seorang keluarkan kidung yang lebih terdengar seperti mantra-mantra. Dalam balutan seni kontemporer, mereka bakal mementaskan satu tari kolosal yang diketahui dengan nama tari Lummense.
Tari Lummense adalah tari tradisionil yang datang dari Sulawesi Tenggara. Dengan etimologi, nama Lummense datang dari kata lumme serta ense, lumme biasa disimpulkan jadi kesibukan buang atau bersihkan kubangan air, sedang ense berarti menari. Jadi dengan harfiah, Lummense punyai makna jadi tarian yang dipentaskan dalam rencana bersihkan noda, dosa, serta penyakit yang ada di diri.
Sebelum kehadiran Islam ke Sulawesi Tenggara, Lummense dikerjakan jadi ritual oleh warga tradisionil Kabaena buat menyebut ruh leluhur. Pemanggilan ruh leluhur itu dikerjakan dalam upacara tradisionil Meoli, yang punya tujuan buat menghargai ruh leluhur jadi penguasa, pula sebagai jalan buat bersihkan hati yang kotor.
Dulu, buat mementaskan tari Lummense perlu banyak sesajian. Sesajian itu ditujukan untuk leluhur supaya bersedia datang. Konon penari Lummense tidak dicetak, tetapi ditarikan demikian saja oleh beberapa orang yang kerasukan arwah leluhur dalam upacara tradisionil Meoli. Dipentaskannya tari Lummense dalam Meoli selanjutnya berarti jika arwah leluhur udah ada di tengahnya mereka.
Seiring waktu berjalan, kesultanan Buton jadikan tari Lummense jadi tarian yang dipentaskan buat menyertai warga dalam buka area garapan. Untuk beberapa umumnya tari Lummense ditarikan oleh 12 orang, ialah 6 laki laki serta 6 wanita dengan berpakaian tradisionil. Pergerakan awal yang dipertontonkan yakni maju-mundur serta sama-sama bertukar tempat buat selanjutnya membuat susunan.
Di sisi tengah pertunjukan, salah seseorang penari bakal menebas batang pohon, pergerakan itu adalah pergerakan klimaks dalam pertunjukan tari Lummense. Pemotongan batang pisang itu melukiskan proses buka area untuk warga rutinitas Sulawesi Tenggara. Selanjutnya di sisi penutup tarian, beberapa penari lakukan pergerakan membuat susunan sembari membuat pergerakan maju-mundur serta membuat komposisi lingkaran.
Tari Lummense biasa dibarengi oleh alat musik tradisionil berwujud gong besar yang diketahui dengan nama tawa-tawa, serta gong kecil yang disebutkan dengan ndegu-ndegu. Di tengahnya musik yang main kadangkala diselipkan nyanyian berwujud mantra-mantra. Sekarang tari Lummense tidak sekedar dipentaskan dalam kesibukan buka area saja, tetapi pun dalam pelbagai kesibukan budaya serta penyambutan tamu agung.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment