Monday, July 15, 2019
Ritual Mandi Lemon dan Baiat Muslimat di Gorontalo
Proses pembaiatan untuk para muslimat di Gorontalo --khusus mereka yg sudah akil balig--disebut "Mo Polihu Lo Limu Wa'u Mo Meati", yg bermakna "mandi lemon dengan pembaiatan".
Seperti proses yg ditempuh Marshanda Ibrahim (14 tahun), masyarakat Desa Hutadaa, Kecamatan Talaga, Kabupaten Gorontalo, barusaja ini.
Proses itu bakal dengan diawali bontho oleh dukun kampung (hulango) bernama Jahra Lasama (56). Bontho berarti sentuh anggota badan si gadis dengan jari-jari. Badan itu pada bagian dahi, bahu, lengan, serta lutut. Sentuhan itu bergabung bedak serta rempah yg udah dihaluskan.
Lalu hulango bakal menambahkan ritual ramalan dengan lemparkan potongan jeruk, pala, serta cengkih ke talam.
Sekalian meramal, si gadis duduk di atas alat parutan kelapa yg dihiasi dengan batang tebu, setandan pisang, serta mayang yg terurai.
Selanjutnya hulango bakal menyiram badan si gadis dengan air yg terisi di 7 ruas bambu kuning yg di dalamnya terisi koin logam bergabung bunga serta jeruk purut.
Pada sesion itu, hulango bakal mengerjakan tepok mayang yg pelepahnya masih terbungkus, selanjutnya pucuknya disapukan ke semuanya badan. Ritual ini selesai dengan pecahkan telur di atas telapak tangan si gadis, disalin dari tangan kiri ke tangan kanan dengan cara berganti-gantian, selanjutnya minta si gadis untuk menelan kuning telur dengan cara mentah-mentah.
Anak gadis duduk di atas cukuran kelapa yg dihiasi dengan batang tebu, setandan buah pisang, serta mayang dari pohon pinang yg terurai. Si gadis bakal dimandikan oleh hulango, disiram dengan air yg sudah di gabung dengan daun puring serta bunga dan potongan jeruk purut dari 7 potong ruas bambu kuning yg di dalamnya pula terisi koin logam.
Menurut sang hulango, Jahra, mandi lemon sebagai bukti keislaman satu orang wanita, sampai-sampai ritual sakral itu mesti dilewati oleh anak wanita pada umur masuk remaja.
"Lewat ritual ini, bisa diramalkan perihal soal jodoh sampai pembawaan dari wanita, dengan wejangan bahan alam yg dipakai. Seperti pelepah pinang muda yg dibelah," kata Jahra.
Untuk proses tepok mayang, tuturnya dipandang sebagai wejangan pembawaan dan isyarat kehidupan setelah itu.
"Kalaupun pelepah mayang ditepuk berulang-kali serta tak mau pecah, itu tanda-tanda sang anak wataknya keras. Kalaupun anaknya lemah lembut, ditepuk perlahan-lahan juga pelepah mayang udah terbelah. Apabila mayangnya masih tergolong muda serta harum, tanda-tanda baik untuk kehidupan, jodoh, serta rejeki sang anak," lanjut Jahra.
Seusai acara mandi lemon, etika dilanjut dengan ritual berjalan di atas piring yg sejumlah 11 buah. Semasing piring berisi uang koin, beras, gabah, serta selembar daun bunga puring.
Mandi lemon udah jadi rutinitas serta etika di gorontalo kala anak gadis bergerak remaja, prosesinya bakal dijalankan seusai haidnya berhenti. Mandi lemon pula sebagai mandi haid pertama untuk gadis remaja di Gorontalo. (Poto: Burdu/banthayoid)
Acara dijalankan sekitar tujuh kali bolak-balik, dengan ditonton beberapa orang serta dibarengi nasehat dari pemangku rutinitas. Nasehat itu seperti selamanya melakukan perbuatan baik terhadap ke dua orang-tua.
Menurut pemangku rutinitas ditempat, Sumarno Katili (48), sajak yg diungkapkan mempunyai kandungan pesan serta nasehat lantaran dianya sudah melalui jaman kanak-kanak serta masuk jaman remaja.
"Isi dalam piring itu pula berarti. Berarti, apabila beras itu diinjak serta menempel di kaki si gadis, bermakna kedepannya banyak rejeki. Seusai ritual sudah tuntas, isi piring dibuang ke kamar serta lainnya dibuang ke halaman rumah," kata Sumarno.
Banyak wanita di Gorontalo melakukan acara mandi lemon sekitar 2x dalam kehidupannya. Pertama, kala usia 2 tahun Mo Polihu Lo Limu Waw Molubingo (Mandi Lemon serta Khitanan), ke dua Mo Polihu Lo Limu Waw Mo Meati (Mandi Lemon serta Pembaiatan) kala masuk jaman remaja yg diikuti dengan datangnya haid (menstruasi).
Sumarno memberikan tambahan, acara itu ditutup dengan membacakan selawat oleh tokoh rutinitas atau imam masjid. Seterusnya dilanjut dengan pembaiatan yang dituntun oleh imam.
"Ini punya tujuan untuk meningkatkan arti acara rutinitas itu, biar janji dapat didengar orang serta untuk jadikan kontrol, apa janji itu ditetapi atau dilanggar si gadis. Seperti janji untuk patuhi orang-tua serta menjauhi larangan agama," ujarnya.
Acara pokok, pembaiatan. Imam lokasi maupun tokoh rutinitas ditempat bakal membaiat si gadis sesuai sama syariat Islam. Dengan diawali mengatakan dua kalimat syahadat, mengatakan perihal rukun Islam, rukun iman, serta rukun ihsan.
Busana rutinitas Wolimomo yg biasa dipakai oleh para wanita, beberapa anak, gadis remaja bahkan juga dewasa. Busana rutinitas Walimomo udah masuk daftar Warisan Budaya Tidak Benda, Kemendikbud. Warna kuning emas miliki makna kemuliaan, kejujuran, kesetiaan, serta kebesaran.
Busana rutinitas Borontalo Biliu ini dipakai saat doa, syukuran, atau pesta resepsi pembaiatan. Anak gadis yg sudah melakukan acara pembaiatan selanjutnya duduk dalam tempat pelaminan atau puade untuk terima tamu undangan. Warna ungu miliki makna kewibawaan serta keanggunan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment