Monday, July 15, 2019

Tedak Siten untuk bayi yang turun tanah pertama kali dilakukan ritual adat.



Tedak siten adalah budaya warisan leluhur orang Jawa untuk bayi yg berumur seputar tujuh atau delapan bulan. Tedak siten juga dikenal jadi upacara turun tanah.
‘Tedak’ bermakna turun serta ‘siten’ datang dari kata ‘siti’ yg bermakna tanah. Upacara tedak siten ini dikerjakan jadi serangkaian acara yg mempunyai tujuan biar anak tumbuh jadi anak yg mandiri.
Rutinitas ini dilakukan kala anak berumur hitungan ke-tujuh bulan dari hari kelahirannya dalam hitungan market jawa. Penting diketahui kalau hitungan sebulan dalam market jawa sejumlah 36 hari. Jadi bulan ke-tujuh kalender jawa buat kelahiran si bayi sama dengan 8 bulan kalender masehi.

tedak siten

Artikel sehubungan: Perubahan Bayi Umur 8-11 bulan
Buat beberapa leluhur, tradisi budaya ini ditunaikan jadi penghormatan terhadap bumi tempat anak mulai belajar menginjakkan kakinya ke tanah. Dalam arti jawa dimaksud tedak siten.
Diluar itu disertai doa-doa dari orang-tua serta sesepuh jadi pengharapan biar nantinya anak sukses jalani kehidupannya.

Acara tedak siten diawali saat pagi hari dengan rangkaian makanan tradisionil untuk selamatan. Makanan tradisionil itu berbentuk ‘jadah’/’tetel’ tujuh warna.
Makanan ini terbuat dari beras ketan di campur parutan kelapa muda serta ditumbuk sampai bersatu jadi satu serta dapat iris. Beras ketan itu dikasih pewarna merah, putih, hitam, kuning, biru, jingga serta ungu.

Jadah ini jadi ikon kehidupan buat anak, dan warna-warni yg ditempatkan memvisualisasikan jalan hidup yang wajib dilewati si bayi nantinya. Pengaturan jadah ini diawali dari warna hitam sampai ke putih, jadi ikon kalau permasalahan yg berat selanjutnya ada jalan keluar / titik jelas.
Makanan tradisionil yang lain yg disiapkan untuk acara tedak siten ini berbentuk tumpeng serta perlengkapannya dan ayam utuh.

Tumpeng jadi ikon permohanan orangtua biar si bayi nantinya jadi anak yg berfaedah. Sayur kacang panjang jadi ikon usia panjang. Sayur kangkung jadi ikon kesejahteraan. Kecambah jadi ikon kesuburan, dan ayam ialah ikon kemandirian.
Sesudah acara selamatan dengan menghimpun beberapa undangan sudah didistribusikan, serangkaian acara tedak siten diteruskan dengan acara menapakkan kaki bayi di atas jadah 7 warna.

Sesudah itu acara naik tangga. Tangga tradisionil yg dibikin dari tebu style ‘arjuna’ dengan dihiasi kertas warna-warni. Ritual ini melambangkan impian biar si bayi punyai pembawaan kesatria si Arjuna (tokoh pewayangan yg diketahui bertanggungjawab serta kokoh). Dalam bahasa Jawa ‘tebu’ adalah kependekan dari ‘antebing kalbu’ yg berarti kemantaban hati.
Tedak siten perkiraan hari depan anak
Acara sesudah itu acara dimana bayi dimasukkan ke kurungan ayam yg sudah dihias dengan kertas berwarna warni. Acara ini menggambarkan nantinya anak akan menghadapi bermacam jenis style pekerjaan.

Bila kurungan ayam besar acara seterusnya dapat dikerjakan di kurungan. Namun kerap biar anak rasakan lebih lega, acara seterusnya dikerjakan di luar kurungan.
Bayi diposisikan dengan banyak barang untuk diseleksi seperti cincin/uang, alat catat, kapas, cermin, buku, serta pensil. Lalu dibiarkan ambil satu dari barang itu. Barang yg dipilihnya adalah deskripsi kegemaran serta periode depannya nantinya.

Seterusnya Bunda memberikan beras kuning (beras yg di campur dengan parutan kunir) yg sudah di campur dengan uang logam untuk di perebutkan oleh undangan beberapa anak. Ritual ini bertujuan biar anak punyai pembawaan dermawan.
Serangkaian acara tedak siten disudahi dengan memandikan bayi di air bunga setaman lalu dipakaikan busana baru.

Acara penggunaan busana baru inipun dengan sediakan 7 busana yg selanjutnya busana ke-7 yg akan ia gunakan. Ini menggambarkan pengharapan biar bayi selamanya sehat, bawa nama harum buat keluarga, hidup wajar, makmur serta berfaedah buat lingkungannya.
Mudah-mudahan pembahasan mengenai ritual tedak siten ini dapat memperluas pengetahuan mengenai nilai-nilai baik budaya leluhur buat beberapa generasi penerus.

No comments:

Post a Comment