Tuesday, July 16, 2019
Tradisi Ritual keberkahan Sambut Tahun Baru Islam
Satu orang ulama Solo menjelaskan selama ritual-ritual itu tidak berlawanan dengan ajaran Islam, karena itu diijinkan.
penduduk berdesakan di pelataran pendopo Pura Mangkunegara, Solo, Jawa Tengah, , buat mendapatkan air bunga yang di yakini dapat bawa barokah.
“Setiap tahun saya kesini, ngalap barokah, harapannya diberi kelancaran buat usaha, penyakit diobati,” papar Sutarmi yang hadir berombongan dari Karanganyar, dapat ditempuh sejam dengan mobil kalau jalan raya lancar.
Ia memang gagal bawa pulang air bunga malam itu, tetapi cuma mencuci mukanya sembari ucapkan harapannya.
“Tergantung kemantapan hati saja perihal semacam ini. Saya memandangnya jadi usaha buat raih arah. Meminta masih pada Allah, sebab waktu mengerjakannya kita ucapkan doa pun masih pada Allah,” tuturnya.
Tiap-tiap malam Satu Suro atau malam tahun baru Islam, ada ritual yang dilakukan Pura Mangkunegara, satu istana pemerintahan satu tingkat Kadipaten di Solo.
Menurut Heri Priyatmoko, satu orang sejarawan, ritual mencuci dengan air bunga, udik-udik atau memperebutkan uang yang disalurkan kerabat Istana Mangkunegara, serta laris tapa bisu, mengitari tembok yang membentengi istana, punyai makna begitu dalam.
“Air punyai nilai penting jadi sisi dari ritual penyucian yang mengikuti agama-agama besar di dunia,” tangkisnya terhadap BeritaBenar.
Dalam khasanah budaya Jawa kuno, air melahirkan rancangan patirtan, toya marta, banyu mahaprawita yang dirasa manjur, bisa mengobati penyakit dan bawa barokah. Sedang udik-udik pemberian raja atau penguasa dirasa bawa barokah.
“Uang itu tidak digunakan jajan, tetapi disimpan jadi jimat sebab di yakini bertuah,” kata Heri.
Sesaat, laris tapa bisu punyai nilai universal untuk semua agama, adalah pengharapan manusia pada Tuhan biar dilimpahi barokah serta kesehatan.
Bekas Panglima TNI Gatot Nurmantyo pun datang waktu laris tapa bisu di Mangkunegara hari itu.
Memanfaatkan pakaian rutinitas Jawa berwujud beskap, jarik serta blangkon, dia ada di barisan depan berbarengan Wakil Walikota Solo Achmad Poernomo serta anggota DPR RI Aria Bima.
Gatot menyatakan bukan pertama menuruti ritual Satu Suro, tetapi baru pertama turut laris tapa bisu.
Ia memperingatkan kalau Indonesia terdiri dalam banyak kerajaan yang mengangkut harkat serta martabat bangsa dengan kebiasaan baik.
“Semua ini memperingatkan kita punyai histori perlawanan yang dipimping oleh RM Said (yang setelah itu diketahui jadi Mangkunegara I),” tangkisnya.
Saat turut ritual laris tapa bisu lebih kurang 30 menit itu, Gatot menyatakan mengisinya dengan melantunkan dzikir serta salawat.
Warisan Dinasti Mataram
Bulan Sura (Suro) dalam penanggalan Jawa atau Muharram dalam Islam punyai bermacam ritual yang diadakan berkesinambungan oleh keraton-keraton pecahan Dinasti Mataram Islam di Jawa.
Kecuali Pura Mangkunegara, Keraton Kasunanan Surakarta pun menyelenggarakan ritual malam Satu Suro dengan kirab “kerbau bule”.
Kotoran kerbau bule begitu dinantikan penduduk yang turut kirab. Mereka mempertandingkan sembari menghendaki barokah apabila sukses memperoleh kotoran kerbau itu.
Di Keraton Kasultanan Yogyakarta pun diadakan ritual berjalan kaki melingkari benteng Keraton dalam rencana instropeksi diri.
Setelah itu diteruskan dengan bermacam ritual seperti kerjakan sedekah bumi di Gunung Merapi, Gunung Lawu serta di desa-desa. Diluar itu, ada pula lek-lekan atau tidur sampai larut malam di Pantai Parangkusumo serta Pantai Parangtritis yang terdapat di selatan Yogyakarta.
“Ritual-ritual ini yaitu kebiasaan warisan dinasti Mataram Islam serta telah terjadi beratus-ratus tahun lamanya,” papar Heri.
Semua kebiasaan yang dikerjakan pecahan Kerajaan Mataram kuno ini, menurut sejarawan senior Joko Suryo, pun diyakini jadi satu diantaranya penasehat Sultan.
Semua ritual yang dikerjakan buat menyongsong datangnya tahun baru Islam punyai dua arti, adalah bentuk rasa sukur atas 1 tahun yang sudah dilewati serta penyucian diri buat masuk tahun setelah itu.
“Tirakat di barat (gunung Merapi), timur (gunung Lawu) serta segalanya (selatan serta utara) maksudnya adalah untuk syukuran pun bersihkan diri,” tangkisnya.
Da kerabat Pura Mangkunegara mempersiapkan belanga berisi air serta bunga yang bakal dipakai orang di Solo, Jawa Tengah, . (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)
Dua kerabat Pura Mangkunegara mempersiapkan belanga berisi air serta bunga yang bakal dipakai orang di Solo, Jawa Tengah, . (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)
Segi riligius
Humas Pura Mangkunegara, Joko Pramudyo, menjelaskan kebiasaan menyongsong malam Satu Suro punyai hubungan erat dengan segi religius manusia.
Ia menyontohkan dengan berjalan mengitari benteng tidak dengan alas kaki memiliki tujuan biar kaki bersentuhan langsung dengan tanah.
“Sehingga manusia tetap ingat kalau ia dicetak Tuhan dari tanah serta bakal kembali lagi tanah. Sesaat tapa bisu yaitu bentuk perenungan serta instropeksi diri,” terangnya.
Waktu berbarengan, Mangkunegara pun menyelenggarakan sema’an (membaca) Alquran (tadi malam jenuh) di Masjid Al Wustho. Arahnya yaitu buat jaga kesetimbangan di antara budaya serta agama.
Ulama asal Solo, Al Munawar, sangatlah hapal serta tahu mengenai seluk beluk kebiasaan menyongsong malam tahun baru Islam di Keraton Solo, Keraton Yogyakarta atau Pura Mangkunegara.
Jadi pecahan Kerajaan Mataram Kuno yang beragama Hindu serta Buddha sampai jadi sisi Kerajaan Mataram Islam, bermacam kebiasaan serta ritual kerajaan-kerajaan ini yaitu kombinasi dari budaya Hindu, Buddha serta Islam.
Saat kerjakan penilaian pada implementasi kebiasaan atau ritual di Keraton Solo, Keraton Yogyakarta atau Pura Mangkunegaran, Munawar menyatakan harus menyaksikan dari banyak faktor.
“Sepanjang budaya tidak berlawanan dengan Islam, pasti diijinkan, bahkan juga apabila jadi syiar Islam malahan disarankan,” tangkisnya.
Munawar memperingatkan orang yang turut ritual serta kebiasaan itu tetap mengingat apabila Tuhan itu cuma Allah SWT serta bukan terhadap lainnya.
“Menyembah pun cuma kepada-Nya, begitupun minta pertolongan. Barokah itu dari Allah, bisa di peroleh dengan beberapa cara yang telah dipastikan,” paparnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment